Tips Mendirikan Tenda Di Gunung Agar Aman Dari Hujan Badai

anyak pendaki pemula yang meremehkan nasihat dari pendaki senior. Bahkan, menentukan lokasi, dan posisi tenda saja ngasal. Menurut mereka, “Tenda-tenda gue, ngapain lo sewot? Yang penting berdiri kan tendanya? Gue bisa tidur dengan pules. Titik. Gitu aja repot!”. Benarkah, semudah itu? Singkat kata, malam semakin larut dan cuaca berganti. Angin lembah mulai datang. Bergemuruh riang membelai ranting pohon. 

Akhirnya, pendaki pemula yang memasang tenda asal-asalan terpapar hawa dingin yang dibawa oleh angin lembah. Hawa dingin tersebut menembus tenda, jaket hingga sleeping bag. Jika cuaca sedang tidak bersahabat, angin kencang dan badai akan menari di area perkemahan. Dengan begitu, tenda pendaki pemula yang didirikan asal-asalan bisa roboh diterpa badai. 

Niat hati, ingin cepat istirahat dan tidur. Eh, malah harus keluar tenda buat benerin tenda. Kamu mau seperti itu? Tidak, bukan? Maka dari itu, kami akan membagikan tips mendirikan tenda di gunung untuk pemula. Dengan mempelajari tips ini, kamu dapat mendirikan tenda dalam posisi aman, kokoh dan anti-badai. Berikut 10 tips mendirikan tenda di gunung:

  • Carilah tanah lapang yang cukup luas
  • Pilih lokasi yang aman
  • Posisikan pintu tenda membelakangi arah angin
  • Bersihkan tanah lapang di area tenda
  • Jangan mendirikan tenda di area terlarang
  • Dirikan tenda sesuai prosedur yang benar
  • Pastikan bentuk tenda sempurna dan terpancang dengan kokoh
  • Pasang matras lipat atau matras tiup sebagai alas tidur
  • Kumpulkan semua perlengkapan mendaki gunung di dalam tenda
  • Buatlah parit disekeliling tenda agar air hujan tidak masuk ke dalam tenda 

Mulai penasaran? Yuk, baca sampai selesai.


1. Carilah Tanah Lapang Yang Cukup Luas Untuk Mendirikan Tenda

Tips pertama yang akan kami bagikan tentang mendirikan tenda di gunung adalah memilih lokasi. Lokasi menentukan kenyamanan dalam mendirikan tenda.

Pertama, carilah tanah yang lapang dan cukup luas. Tanah yang luas akan memudahkan kamu memasang pasak, tenda dan peralatan masak. Tenda untuk 2 orang minimal butuh 2 x 2 meter. Tenda untuk 4 orang minimal butuh tanah lapang seluas 3 x 3 meter.

Kedua, pilih tempat ngecamp yang dekat dengan puncak. Jadi, kalau mau summit attack untuk mengejar sunrise dekat. Biasanya pendaki memilih ngecamp di post terakhir sebelum puncak.

Ketiga, pilih tempat yang agak jauh dari jalur pendakian. Lalu lalang pendaki yang berdatangan itu mengganggu waktu istirahat di dalam tenda. Jadi, pilihlah lokasi yang tenang dan agak jauh dari hiruk-pikuk pendaki.

Catatan:

Sebaiknya sebelum mendaki, cari informasi terlebih dahulu tentang lokasi ngecamp. Minimal kamu punya 2 pilihan lokasi, karena kadang saat hari libur lokasi favorit ngecamp penuh. Otomatis, kamu perlu mencari lokasi alternatif. Untuk lebih jelasnya, kamu bisa browsing catatan perjalanan pendaki di Google atau tanya-tanya petugas di pos pendaftaran.

 

2. Pilih Lokasi Yang Berpotensi Dapat Melindungi Tenda Dari Angin Dan Badai

Setelah kamu sampai di pos terakhir sebelum puncak, kamu perlu mempertimbangkan ancaman angin dan badai di malam hari. Jadi, selain memilih tanah yang lapang, tips mendirikan tenda di gunung berikutnya adalah kamu perlu memilih lokasi yang aman. Lokasi dengan dinding batu, semak, pepohonan yang rimbun berpotensi menjadi penghalang angin dan badai secara alami. Tapi, pastikan di sana tidak dipakai untuk sarang hewan berbahaya. Hehe. Dengan begitu, tenda tidak akan terkoyak atau roboh saat diterpa angin besar jika terjadi badai di malam hari.

 

3. Temukan Dari Mana Arah Angin Berhembus

Posisikan Pintu Tenda Membelakangi Arah Angin, Ada kalanya, kamu tidak menemukan pohon, semak atau batu sebagai tempat perlindungan dari angin. Misalnya, kamu berkemah di padang sabana Merbabu, kawah mati Sindoro atau di Ranu Kumbolo Semeru. Jika kondisinya seperti itu, kamu perlu mengetahui dari mana angin berhembus. 

Tips mendirikan tenda berikutnya adalah menentukan dari mana datangnya angin lembah, kemudian posisikan pintu tenda membelakangi sumber angin. Angin lembah adalah angin yang bertiup dari lembah ke gunung. Angin ini berhembus saat malam hari. Dia membawa hawa dingin yang sangat kuat. Jadi, jika pintu tenda langsung menyambut angin tersebut, pendaki yang tidur di depan pintu tenda akan kedinginan dan meriang.

 

Ada 3 cara menentukan arah angin yang berhembus saat di gunung:

  • Pertama, memakai media pasir atau tanah kering. Carilah pasir atau tanah kering yang halus. Ambillah segenggam dan berdiri di lokasi berkemah. Tunggu sampai ada angin yang berhembus. Bersamaan angin berhembus, buka genggaman tangan secara perlahan. Biarkan pasir atau tanah jatuh. Amati ke mana arah pasir atau tanah tertiup. Kesanalah arah anginnya.
  • Kedua, memakai korek gas. Pada kondisi hujan, kamu akan sulit untuk menemukan pasir atau tanah kering. Sebagai gantinya kamu bisa memakai korek gas. Caranya hampir sama, yaitu berdirilah di tanah lapang yang mau di pakai untuk tenda. Tunggu sebentar sampai ada angin yang berhembus. Nyalakan korek gas dengan pengaturan api maksimal. Biarkan api menjulang tinggi. Perhatikan arah api yang tertiup angin. Kesanalah arah anginnya.
  • Ketiga, memakai alat anemometer. Anemometer adalah alat bantu untuk menentukan arah angin berhembus. Anemometer digital bisa menentukan arah angin, kecepatan angin dan kekuatan angin. Pada alat yang lebih canggih, kamu dapat mendeteksi akan kedatangan badai. Tidak banyak pendaki gunung yang memiliki alat ini. Anemometer biasanya dimiliki oleh tim SAR, awak kapal dan nakoda.

 

4. Bersihkan Tanah Lapang Dari Kerikil, Ranting, Semak Berduri Dan Benda Tajam Lainnya

Banyak pendaki pemula yang mendirikan tenda dengan asal-asalan. Asal pasang, asal membentangkan tenda, asal pancang. Setelah tenda berdiri, buat tidur nggak nyaman. Karena ada kerikil, ranting atau semak berduri di bawah tenda. Kalau keadaan seperti ini dipaksakan, bisa-bisa alas tenda robek. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum mendirikan tenda, kamu harus memastikan tanah sudah bersih dari kerikil tajam, ranting maupun semak berduri. Ingat! Tenda adalah aset jangka panjang untuk kegiatan hiking. Jangan sampai rusak karena ketidaktahuan pendaki.

 

5. Jangan Mendirikan Tenda Di Area Terlarang

Pernahkah kamu mendengar pepatah, “Deso mowo coro, negoro mowo toto?”. Pepatah ini juga berlaku di dunia pendakian. Di mana, setiap daerah pasti memiliki aturan untuk area terlarang. Misalnya, di Lawu ada Petilasan Brawijaya V, di Semeru ada Blank 75, di Gunung Gede Pangrango ada jalur konservasi satwa. Pendaki tidak boleh mendirikan tenda di lokasi tersebut. Dan diarahkan untuk berkemah di camping ground atau pos terdekat. 

Bukan untuk menakut-nakuti pendaki, tapi itu demi keamanan dan keselamatan pendaki. Area terlarang tercipta karena selalu muncul insiden berulang di sana. Misalnya, gangguan hewan buas, gangguan mistis, hingga kawasan keramat (petilasan). Sebaiknya, saat mendaki kamu tanyakan terlebih dahulu area terlarang di kawasan tersebut. 

Ada juga area terlarang untuk mendirikan tenda karena kondisi alam, misalnya:

  • Area tebing. Mendirikan tenda di area tebing sangat dilarang. Karena membahayakan pendaki. Angin lembah di dekat tebing sangat kuat di malam hari. Hal ini dapat menyebabkan tenda mudah roboh.
  • Bibir sungai. Ada dua hal yang membuat pendaki dilarang mendirikan tenda di bibir sungai. Pertama, mewaspadai air bah yang berasal dari atas gunung. Kedua, untuk menghindari serangan dari hewan liar. Kebiasaan hewan liar di alam bebas adalah dia mencari minum di sungai. Ada yang hanya sekedar minum dan ada juga yang menunggu hewan buruannya minum. Jika di sekitar sungai ada tenda, tentu hewan-hewan ini akan tertarik untuk mendatanginya. Itu dapat menjadi ancaman buat manusia.
  • Bibir jurang. Area bibir jurang sangat rawan untuk terjadi longsor. Karena konstruksi tanah di area tersebut tidak stabil. Jangan mendirikan tenda di bibir jurang.
  • Jalur pendakian. Jalur pendakian adalah jalur yang di lewati pendaki. Jika kamu mendirikan tenda tepat di tengah jalur pendakian, kamu pasti dimarahi pendaki. Karena mengganggu jalan. Pada kasus ekstrim, tendamu bisa di lobangi karena kesal. Mending mendirikan tenda di camping area saja.
  • Shelter. Shelter adalah area pos di jalur pendakian yang dibangun sebagai tempat berteduh. Biasanya shelter berbentuk seperti bangunan rumah permanen yang berukuran kecil. Pendaki tidak boleh mendirikan tenda di dalam shelter, karena tempat tersebut dibuat untuk pendaki yang ingin beristirahat saat perjalanan mendaki gunung.
  • Di bawah pohon rapuh. Pendaki juga dilarang untuk mendirikan tenda di sekitar pohon tua yang sudah rapuh. Pohon yang rapuh bisa sewaktu-waktu roboh. Entah itu karena angin besar atau batang kayu yang digerogoti rayap. Jadi, kalau mau mendirikan tenda di dekat pohon, pastikan terlebih dahulu pohonnya tidak rapuh.
  • Di kawasan kawah beracun. Di Indonesia banyak sekali gunung aktif. Di mana, aktivitas vulkanologi masih terjadi di perut gunung. Pada area tertentu, pendaki dapat mendengar suara gemuruh dari dalam tanah. Dan ada juga yang mengeluarkan gas. Senyaman apapun kawasan tersebut, jika itu daerah kawah beracun, jangan sekali-kali mendirikan tenda di sana. Karena kamu bisa keracunan. Bau gas beracun di gunung ini mirip dengan bau telur busuk. Ini adalah ciri khas dari bau belerang. Pada zaman dulu, banyak pendaki yang mati karena keracunan belerang saat berada di puncak gunung berapi pada malam hari. Hal ini dikarenakan molekul gas beracun yang melayang di atas gunung, mengendap ke permukaan gunung saat udara dingin di malam hari. Akhirnya, pendaki yang menghirup gas beracun tersebut mati. Jika sudah mencium bau sulfur atau belerang, segera pakai masker dan jangan berlama-lama di tempat tersebut.

 

6. Dirikan Tenda Sesuai Prosedur,

Mulai dari memasang frame, inner, pasak, rain cover hingga flysheet. Saat ini ada berbagai model tenda di pasaran. Kamu dapat membeli tenda tarp tent, dome, ridge, quick pitch hingga tunel. Setiap tenda memiliki prosedur dan tips mendirikan tenda gunung masing-masing. Jangan pukul rata semua sama, kamu perlu mempelajari cara memasang tenda sesuai modelnya. 

Setiap model memiliki bentuk frame, pasak, inner dan outer yang berbeda. Kami merekomendasikan pendaki pemula untuk berlatih mendirikan tenda sebelum berangkat mendaki. Dengan begitu, saat di gunung, kamu dapat mendirikan tenda dengan benar.

 

7. Pastikan Bentuk Tenda Sempurna Dan Terpancang Dengan Kokoh

Kami sering melihat banyak tenda-tenda dari pendaki pemula yang tidak kokoh. Bentuk badan tenda tidak berdiri sempurna. Biasanya ini disebabkan oleh pemasangan frame yang tidak tepat dan pemasangan pasak yang tidak terpancang dengan benar. Alhasil, saat ada angin kencang, tenda akan mudah roboh. 

Biarpun kondisi di atas gunung dingin atau hujan, kamu tetap wajib memastikan tenda berdiri dengan sempurna. Periksa frame, inner tenda, tali pasak dan outer terpasang dengan baik dan benar. Jika perlu, saat final checking kamu dapat melakukan test kekuatan tenda. Pastikan tenda kuat menahan angin dari berbagai sisi dengan pancang yang sudah kamu buat.

 

8. Pasang Matras Lipat Atau Matras Tiup Sebagai Alas Tidur

Tidur dalam tenda memang sudah ada alas tenda. Biasanya alas tenda terbuat dari terpal. Lapisan ini sangat tipis dan pada malam hari saat kondisi tanah lembab, alas tenda sangat dingin. Kamu perlu alas tambahan agar hangat. Selain menghangatkan, matras juga membuat alas tenda menjadi empuk. Jadi, kamu bisa tidur dengan lebih nyenyak di malam hari. Sehingga, saat summit attack di pagi hari, kamu sudah bugar kembali. Kamu dapat menggunakan matras lipat atau matras tiup sebagai alas tidurmu. Setelah itu, baru deh kamu tidur berselimut sleeping bag.

 

9. Kumpulkan Semua Perlengkapan Mendaki Gunung Di Dalam Tenda

Tips mendirikan tenda selanjutnya adalah mengumpulkan semua perlengkapan mendaki gunung di dalam tenda. Ini penting! Pertama, untuk mencegah barang tercecer. Kedua, untuk meminimalisir potensi pencurian barang oleh hewan liar dan manusia jahil saat di gunung. Ketiga, untuk mengamankan KTP dan barang berharga pendaki gunung. Jadi, setelah tenda berhasil berdiri, daftari semua perlengkapan mendaki yang kamu bawa, setelah itu, masukkan ke dalam tenda.

 

10. Jika Hujan, Segera Persiapkan Parit Disekeliling Tenda

Agar air tidak masuk ke dalam tenda, Tips terakhir mendirikan tenda di gunung adalah membuat parit. Banyak pendaki pemula yang meremehkan fungsi parit di sekeliling tenda saat hujan. Akibatnya, bagian dalam tenda basah dan tergenang air. Dengan begitu, pendaki tidak bisa tidur dengan layak di malam hari. 

Ada dua aliran air saat camping di cuaca hujan, yaitu: aliran air dari atas tenda dan aliran air dari tanah gunung. Hukum alam berkata, “Air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah.”. Jadi, apabila tenda tidak memiliki parit, tenda akan menjadi jalur lintasan aliran air. Air yang mengalir dari atap tenda dapat masuk ke dalam tenda jika kamu tidak membuat parit di sekeliling tenda. Dan air dari tanah bagian atas gunung juga akan menjadi lembab dan membawa air ke alas tenda. Untuk mengatasi hal tersebut, pendaki wajib membuat parit saat hujan. Jadi, secara singkat, fungsi parit di sekeliling tenda adalah sebagai saluran selokan agar tenda tidak kebanjiran.

 

Demikian pembahasan dari 10 tips mendirikan tenda di gunung. Gimana? Menarik, bukan? Semoga ilmu tersebut dapat segera kamu aplikasikan pada pendakian selanjutnya. Akhir kata, kami menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Jika ada informasi yang kurang tepat, ingatkan kami melalui kolom komentar ya. Salam lestari.

Sumber: https://napaktilas.net/tips-mendirikan-tenda-di-gunung/

Baca juga tips lain mengenai:

cara memasang tenda besar, cara memasang tenda bongkar pasang, cara memasang tenda dome, cara memasang tenda kerucut, cara mendirikan tenda camping, cara mendirikan tenda dome kapasitas 2 orang, cara mendirikan tenda pramuka, cara mendirikan tenda prisma, cara pasang tenda dome 4 orang, mendirikan tenda dome, mendirikan tenda gunung,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Kesurupan, Begini Gejala Pendaki yang Terserang Hipotermia

Inilah Seven Summit Di Sumatera, Berani Coba?

Tujuh Puncak Gunung Tertinggi (Seven Summits) Indonesia